Greysia Polii sudah bergabung di kawah candradimuka perbulutangkisan tanah air sejak tahun 2003 alias 19 tahun lalu.

Tanggung jawab besar dipikul atlet kelahiran Jakarta, 11 Agustus 1987, itu ketika sudah dipercaya bergabung ke dalam Tim Uber Indonesia setahun berselang.

Sejak saat itu, Greysia membuktikan kualitasnya sebagai pemain besar dalam persaingan di nomor ganda putri.

Skandal main sabun yang menyeretnya dan tiga pasangan lain pada Olimpiade London 2012 tak menghentikan Greysia untuk mencetak prestasi.

“Tidak ada lagi harapan dalam seorang Greysia Polii,” ujarnya dalam video dokumenter yang ditayangkan saat Testimonial Day di Istora Senayan, Jakarta (12/6/2022).

“Masih ada orang-orang yang percaya, sedikit, bahwa saya masih bisa.”

“Jika saya menyerah sekarang, kenanagan ini yang selalu diingat banyak orang. Saya harus bangkit lagi, bangkit untuk cita-cita-saya, bangkit untuk bangsa Indonesia.”

Greysia menghadirkan dua pencapaian penting pada sisa satu dekade dalam kariernya.

Dia merebut medali emas Asian Games Incheon 2014 bersama Nitya Krishinda Maheswari dan emas Olimpiade Tokyo 2020 bersama Apriyani Rahayu.

Kesuksesan Greysia bersama Apriyani ibarat dongeng karena terjadi setelah Greysia hampir memutuskan pensiun karena cedera serius yang dialami Nitya.

Namun, Apriyani mampu menjadi pelengkap.

Walau usianya beda 10 tahun dengan Greysia, Apriyani mampu menyatukan potensi hingga gelar juara pada tahun pertama memberi bahan bakar ekstra bagi Greysia.

Namun, semua hal ada masanya. Begitu pula dengan kiprah Greysia sebagai pebulu tangkis profesional.

Greysia mengatakan cukup setelah 19 tahun mengabdi bagi dunia bulu tangkis tanah air sebagai pemain.

Pemain berdarah Minahas tersebut tidak menampik dirinya pasti merindukan momen-momen kebersamaan saat masih tinggal di asrama.

Bermimpi menggapai cita-cita di sebuah kamar yang tak terlalu luas hingga angan-angan yang diimpikan akhirnya terwujud tentu tak mudah dilupakan.

“Hal itu yang akan membuat saya kangen juga, kehidupan di asrama,” ucap Greysia.

“Dan juga traveling maksudnya pertandingan keluar, ketemu temen-temen di luar, bisa makan bareng. Hal-hal kecil yang bakal lebih saya kangenin.”

“Saya tinggal di asrama itu di pelatnas itu sudah 19 tahun berarti kalau di Jaya Raya bisa dari 11 tahun.”

Selain senang, masa-masa sulit dan melelehkan sebagai atlet juga bakal dirindukan Greysia.

“Kangen kalau badannya sakit. Itu nggak akan terjadi lagi di depan hari,” imbuhnya.

“Sakit tuh bukan berarti kita yang nggak olahraga kan pusing sakit, tapi kalau atlet tuh badannya remuk, ancur, kayak pegel-pegel.”

“Nah itu yang saya rasa, saya bakal kangen dengan hal itu,” ujar Greysia.

Baca Juga : GANDA CAMPURAN TANPA WAKIL DI SEMIFINAL INDONESIA MASTERS 2022